Saaih Dikecam Netizen Gegara Gaya Duduknya!

Saaih Dikecam Netizen, momen Ramadhan memang seringkali menghadirkan konten viral yang menyentuh, menyadarkan, sekaligus… mengundang kontroversi. Salah satunya datang dari selebgram Saaih Halilintar, adik dari Atta Halilintar, yang di kenal sebagai bagian dari keluarga Gen Halilintar — keluarga besar YouTuber dengan image islami dan glamor. Baru-baru ini, Saaih mengunggah video dirinya sedang buka puasa bersama para pemulung di sebuah lapak sederhana.

Saaih Dikecam Netizen

Namun, alih-alih menuai pujian, video tersebut justru mengundang pro dan kontra, khususnya karena cara duduk Saaih yang di nilai tidak sopan atau kurang menghormati lingkungan sekitar. Netizen pun langsung ramai-ramai mengkritik sikapnya, bahkan menyebut Saaih sedang “pamer kebaikan sambil merendahkan secara halus.”

Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah Saaih benar-benar tak sadar? Atau ada unsur kesengajaan dalam konten tersebut? Mari kita bongkar lebih dalam, dari konteks sosial, etika budaya, sampai gesture tubuh yang menjurus 21+ dan menjadi simbol dominasi sosial yang terselubung.


Momen Viral: Dari Niat Baik Jadi Perdebatan

Video berdurasi 2 menit 47 detik itu awalnya di unggah di akun Instagram pribadi Saaih dengan caption:

“Berbuka dengan saudara-saudara kita yang berjuang di jalanan. Semoga kita semua mendapat berkah di bulan suci ini 🤲 Ramadan Kareem!”

Dalam video tersebut, terlihat Saaih duduk di antara beberapa pemulung yang tampak kelelahan dan masih mengenakan pakaian lusuh. Hidangan yang di sajikan cukup sederhana — air mineral gelas, kurma, dan nasi bungkus Saaih Dikecam Netizen.

Namun, sorotan publik bukan pada makanan atau niat mulia di baliknya, melainkan pada cara duduk Saaih: bersila dengan tubuh agak condong ke belakang, tangan kiri menyangga badan, dan satu kaki di tekuk ke atas seolah sedang di teras rumah pribadi. Netizen menilai posisi ini terkesan santai berlebihan dan menandakan dominasi, bukan rasa hormat.


Budaya dan Etika Sosial: Di Mana Letak Kesalahannya?

Dalam budaya Indonesia, apalagi saat berada di lingkungan orang kecil atau marjinal, sikap tubuh sangat penting. Duduk bersila santai sambil menumpukan badan dengan satu tangan bisa di maknai sebagai sikap “gue atasan lo”, terutama jika di lakukan di hadapan orang yang status ekonominya jauh di bawah.

Etika sosial kita mengajarkan untuk duduk dengan rendah hati — misalnya bersimpuh atau minimal duduk bersila penuh dengan punggung tegak. Ini menunjukkan rasa hormat terhadap mereka yang secara ekonomi maupun sosial berada dalam posisi lebih lemah Saaih Dikecam Netizen.

Maka ketika seorang selebriti muda, viral, dan kaya seperti Saaih Halilintar duduk santai sambil bercanda ringan dengan gaya seolah sedang shooting iklan, publik merasa ada distorsi nilai yang mencolok.


Reaksi Netizen: Komentar Pedas dan Sindiran Menusuk

Tak butuh waktu lama, kolom komentar di akun Saaih di banjiri reaksi dari warganet. Beberapa komentar yang viral antara lain:

  • “Duduknya kayak mau buka laptop, bukan buka puasa.”
  • “Yang niatnya sedekah, tapi adabnya minus.”
  • “Lo duduk kayak juragan yang mau bagi-bagi THR, bro!”
  • “Gaya duduk lo itu bahasa tubuh yang keras, bukan lembut.”

Sementara itu, akun-akun gosip pun ikut menyoroti gesture Saaih. Beberapa bahkan menyandingkannya dengan tokoh publik lain yang berbuka puasa dengan kaum duafa, untuk menunjukkan perbedaan gestur dan pendekatan.


Pakar Gestur Tubuh Ikut Bicara: “Simbol Dominasi Tidak Sadar”

Ahli komunikasi non-verbal, dr. A. Riani dari Universitas Indonesia, ikut menanggapi video viral ini. Dalam wawancaranya dengan media, ia menyebut bahwa cara duduk Saaih mencerminkan posisi dominan secara tidak sadar.

“Postur tubuh dengan berat badan ditopang satu tangan, kaki santai, dan punggung tidak tegak, itu bahasa non-verbal yang menyampaikan pesan: saya nyaman, saya berkuasa, saya pusat perhatian.”

Ia menambahkan bahwa dalam konteks sosial keagamaan seperti buka puasa, gesture tersebut bisa menjadi “bumerang simbolik” yang menunjukkan ketimpangan, bukan kepedulian Saaih Dikecam Netizen.


Saaih Halilintar Klarifikasi: “Gue Gak Ada Maksud Negatif”

Melihat video tersebut makin viral, Saaih akhirnya mengunggah Instagram Story dengan nada membela diri:

“Gue cuma pengen bagi sedikit rezeki. Duduk juga spontan, bukan disetting. Jangan dibesar-besarkan lah.”

Namun klarifikasi ini justru memperkeruh suasana. Banyak netizen merasa pernyataan itu minim empati dan menghindari tanggung jawab moral.

Beberapa bahkan membandingkannya dengan sikap kakaknya, Atta Halilintar, yang cenderung lebih diplomatis saat menghadapi kritik.


Misi Sosial atau Panggung Eksistensi?

Polemik ini kembali membuka diskusi lama tentang niat konten sosial di media sosial. Banyak yang bertanya: apakah selebriti benar-benar ingin membantu, atau sekadar membangun citra baik?

Dalam video Saaih, terlihat jelas kamera mengikuti dengan close-up dramatis, lighting cukup bagus, dan sudut pengambilan gambar artistik — sesuatu yang menurut netizen tidak sesuai dengan momen “tulus” buka bersama orang jalanan.

Apakah ini murni sedekah, atau bagian dari strategi konten Ramadan agar terlihat dermawan?


Gaya Duduk dan Seksualitas Terselubung: Gestur “Santai” yang Menggoda?

Menariknya, beberapa warganet juga membahas bahwa gaya duduk Saaih Halilintar justru menjurus sensual. Dalam psikologi tubuh, duduk dengan satu kaki ke atas dan punggung condong bisa mengisyaratkan “kontrol dan relaksasi seksual.” Gaya ini biasa di pakai dalam pemotretan fashion pria agar terlihat percaya diri dan dominan.

Ketika di gunakan dalam konteks religius dan kemanusiaan, gestur itu malah memberi kesan eksploitasi visual — bahwa Saaih “tetap ingin terlihat ganteng dan cool,” bahkan di tengah para pemulung.

Netizen dengan cepat menyadari ini dan memberikan kritik tajam:

  • “Buka puasa atau photoshoot katalog fashion, bro?”
  • “Yang ditunjukkan bukan rasa hormat, tapi visual branding.”

Apa yang Bisa Dipelajari dari Kasus Ini?

Kasus Saaih Halilintar membuka pelajaran penting bagi semua publik figur: niat baik tidak cukup jika tidak dibarengi dengan rasa hormat dan sensitivitas sosial. Di era digital, gestur tubuh bisa lebih keras dari kata-kata.

Bagi selebriti, cara berpakaian, cara duduk, bahkan cara menatap pun bisa ditafsirkan sebagai bentuk simbolik dari bagaimana mereka memandang publik — apakah sebagai partner yang sejajar, atau objek pasif yang hanya menjadi bagian dari narasi kebaikan mereka.


Netizen Minta Permintaan Maaf Terbuka

Sejumlah netizen dan influencer mendorong agar Saaih memberikan permintaan maaf terbuka, bukan hanya sekadar membela diri lewat Story. Bahkan muncul tagar #AdabDuluBaruKonten yang sempat trending di Twitter selama beberapa jam.

Beberapa komunitas Islam bahkan menganggap ini sebagai pelajaran bagi generasi muda untuk tidak menjadikan kebaikan sebagai panggung popularitas.


Penutup: Dari Layar ke Realita, Belajar Duduk yang Benar

Apa yang terlihat kecil seperti cara duduk, ternyata bisa membawa dampak besar terhadap citra dan penerimaan publik. Saaih Halilintar mungkin tidak bermaksud buruk, namun kelengahan dalam gesture justru membongkar ketimpangan makna antara sedekah dan eksistensi.

Sebagai publik figur, segala aspek — termasuk yang tak diucapkan — akan ditafsirkan. Dan kadang, yang tak terlihat itu justru paling terasa.

Tak bisa dimungkiri, era digital membuat setiap tindakan publik figur menjadi konsumsi massa — bahkan hal sederhana seperti duduk bisa menyulut kontroversi. Tapi di sisi lain, ini juga menjadi peluang refleksi: bahwa membantu orang lain bukan hanya soal memberi, tapi bagaimana cara kita hadir dalam ruang mereka. Duduk sejajar, menatap dengan empati, dan berbicara dengan rendah hati adalah bentuk penghargaan yang jauh lebih bermakna dari sekadar unggahan Instagram. Semoga kasus ini bisa jadi pelajaran, bukan hanya bagi Saaih Halilintar, tapi juga kita semua yang hidup di antara konten dan kenyataan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *